Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa
lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah
keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan
oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi
sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir
dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup
di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon,
Melayu dan Tionghoa.
Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta
dan bahasa MelayuKreol yang digunakannya, dan juga kebudayaan Melayunya.
Kata Betawi sebenarnya berasal dari kata "Batavia," yaitu nama kuno
Jakarta yang diberikan oleh Belanda.
Diawali oleh orang Sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke
dalam Kerajaan Tarumanegara serta kemudian Pakuan Pajajaran. Selain
orang Sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara
Jawa, dari berbagai pulau Indonesia Timur, dari Malaka di semenanjung
Malaya, bahkan dari Tiongkok serta Gujarat di India.
Keberadaan budaya Betawi, termasuk kesenian tradisionalnya dalam
beragam bentuk seperti tari-tarian, teater, nyanyian, musik, dan
sebagainya, merupakan aset wisata yang eksotik. Sudah sepatutnya
berkembang sebagaimana kesenian tradisional dari etnis lain.
Tak
sedikit tim kesenian dari Indonesia yang diwakili Betawi pentas keliling
dunia, mendapat sambutan luar biasa di berbagai manca negara. Sementara
di Tanah Airnya sendiri seolah kurang mendapat tempat. Bahkan
regenerasinya pun acap mengalami kendala.
Saat ditemui di
kediamannya, kawasan Cipayung Jakarta, Mpok Nori, salah seorang generasi
senior kesenian tradisional Betawi, mengungkapkan bahwa saat ini
kesenian yang digelutinya tak sepopuler tahun 70-80-an saat keemasan
karirnya.
Kendalanya, selain besarnya pengaruh globalisasi,
generasi muda Betawi juga sangat sedikit yang mau mempelajari sekaligus
meneruskan kesenian tradisi mereka.
Nah, supaya kita lebih mengenal apa saja budaya Betawi dalam bentuk kesenian tradisional tersebut? Nyok kite kenal lebih jauh…
ONDEL - ONDEL
Entah mengapa diberi nama Ondel-ondel. Yang pasti, setiap ada gelaran
hajatan di kalangan warga Betawi, arak-arakan ondel-ondel seperti tak
pernah ketinggalan. Baik hajatan besar maupun sekedar pesta sunat anak.
Boneka besar setinggi sekitar 2 meter tersebut memang dipercaya sebagai
simbol nenek moyang yang menjaga anak-cucunya yang masih hidup. Dengan
kata lain, ondel-ondel juga dipercaya untuk mengusir roh jahat setiap
ada hajatan. Bagian wajah berupa topeng (disebut kedok), sementara
rambut kepalanya dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki dicat
warna merah, sedangkan yang perempuan dicat dengan warna putih.
Keberadaan ondel-ondel yang kerangkanya dibuat dari bambu itu saat ini
sudah mulai bergeser. Kadang hanya digunakan sebagai pajangan di
kantor-kantor, hotel-hotel, atau tempat-tempat umum setiap bulan Juli
tiba.
GAMBANG KROMONG
Setiap mendengar gambang kromong
ingatan kita langsung tertuju pada musik khas Betawi. Tapi sejarah musik
ini awalnya dipengaruhi beberapa unsur musik Cina, yaitu dengan
digunakannya alat musik gesek berupa kongahyan, tehyan, dan skong.
Sementara alat musik asli pribumi dalam gambang kromong berupa gambang,
kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong. Awal mula terbentuknya
orkes gambang kromong tidak lepas dari seorang pimpinan golongan Cina
yang bernama Nie Hu-kong.
Tak heran, sebuah grup gambang kerap
memainkan lagu-lagu Cina yang biasanya dibawakan secara instrumental.
Konon, sekitar abad ke-delapan belas warga Batavia (Jakarta) sangat
menyukai permainan musik, lantaran itulah tidak sedikit peranakan
Tionghoa yang menggabungkan permainan bermacam-macam alat musik
dikolaborasikan dengan tari-tarian cokek.
LENONG BETAWI
Lenong adalah teater rakyat khas Betawi yang dikenal sejak tahun
1920-an. Sejak awal keberadaannya, diiringi dengan musik gambang
kromong. Dalam dua Lenong dikenal dua jenis cerita yaitu Lenong Denes
(bercerita tentang kerajaan atau kaum bangsawan) sementara Lenong Preman
berkisah tentang kehidupan rakyat sehari-hari ataupun dunia jagoan.
Lenong Denes sendiri adalah perkembangan dari bermacam bentuk teater
rakyat Betawi yang sudah punah, seperti wayang sumedar, wayang senggol
ataupun wayang dermuluk.
Sementara lenong preman disebut-sebut sebagai perkembangan dari wayang sironda.
Yang cukup signifikan dalam perbedaan penampilan kedua lenong tersebut, Lenong Denes umumnya menggunakan bahasa Melayu halus, sedang Lenong Preman rata-rata menggunakan bahasa Betawi sehari-hari.
Yang cukup signifikan dalam perbedaan penampilan kedua lenong tersebut, Lenong Denes umumnya menggunakan bahasa Melayu halus, sedang Lenong Preman rata-rata menggunakan bahasa Betawi sehari-hari.
Beberapa
seniman Lenong Betawi terkenal yang lahir dan terkenal dari kesenian ini
cukup banyak. Sebut saja H. Bokir (alm), Mpok Nori sampai Mandra. Namun
tokoh dalam bidang ini siapa lagi kalau bukan H.M. Nasir T (Bang
Nasir).
TANJIDOR
Selain mendapat pengaruh dari budaya
Cina, kesenian Betawi dipengaruhi oleh beragam budaya dari Eropa. Orkes
Tanjidor, misalnya, mulai ada sejak abad ke-18. Konon salah seorang
Gubernur Jenderal Belanda, Valckenier menggabungkan rombongan 15 orang
pemain alat musik tiup Belanda dengan pemain gamelan, pesuling Cina, dan
penabuh tambur Turki untuk memeriahkan pesta.
Tak heran, secara
sepintas, bunyi orkes Tanjidor sangat mirip dengan lagu-lagu dalam
kelompok marching band, tapi lagu-lagu barat berirama imarsi maupun wals
yang dimainkan oleh para pemain tanjidor sudah sulit dilacak
asal-usulnya, mengingat sejak awal keberaadannya dikembangkan sesuai
selera sekaligus kemampuan ingat para juru panjaknya dari generasi ke
generasi.
Sampai saat ini, Tanjidor masih ditampilkan untuk
menyambut tamu, memeriahkan arak-arakan atau mengiringi pengantin. Namun
dalam perayaan HUT Jakarta biasanya ditampilkan sebagai salah satu
peserta festival. Menyebut Tanjidor, tampaknya identik dengan tokohnya,
Marta Nya’at.
KERONCONG TUGU
Pernah dengar keroncong tugu?
Ini adalah musik Betawi yang banyak mendapat pengaruh dari budaya Barat
khususnya dari Eropa Selatan. Sejak abad ke-18 musik ini berkembang di
kalangan warga Tugu, mereka adalah masyarakat Jakarta keturunan
Mardijkers atau bekas anggota tentara Portugis yang dibebasin dari
tawanan Belanda. Setelah memeluk agama Kristen, mereka ditempatkan di
Kampung Tugu, yang saat ini masuk wilayah Kecamatan Koja Jakarta Utara.
Di kampung tersebut, terdapat gereja yang dibangun tahun 1600-an.
Musik keroncong tugu sendiri biasanya dibawakan oleh warga Tugu sejak
tahun 1600-an setiap malam bulan purnama, sambil bergerombol menikmati
malam bulan purnama di pinggir sungai, ataupun dibawakan untuk
mengiringi lagu-lagu gereja dalam acara kebaktian. Alat-alat musik
keroncong tugu sejak awal dilahirkan terdiri dari keroncong, biola,
ukulele, banjo, gitar, rebana, kempul dan selo.
ORKES GAMBUS
Budaya Timur Tengah ternyata juga memiliki pengaruh kuat dalam khasanah
Betawi, hal ini terbukti bahkan sampai saat ini di seantero Jakarta
terdapat puluhan grup orkes gambus. Orkes ini biasanya ditampilkan di
acara pesta perkawinan untuk mengiringi para penyanyi gambus baik laki
maupun perempuan. Mereka biasanya membawakan lagu-lagu gambus dengan
lirik religius maupun lagu-lagu cinta berbahasa Arab.
Agar lebih
semarak, saat musik gambus sedang dimainkan, biasanya ada beberapa
penari zapin yang terdiri dari beberapa orang laki-laki. Walaupun dalam
perkembangannya, terkadang juga melibatkan beberapa penari perut (belly
dancer) perempuan sebagai daya tarik. Mungkin lantaran grup musik gambus
selalu identik dengan pesta pernikahan warga etnis Betawi, grup musik
gambus masih tumbuh subur di Jakarta, lantaran peminatnya masih saja
ada.
Bahkan beberapa artis gambus kerap lahir lantaran jam
terbangnya dari pesta ke pesta cukup/sangat tinggi. Salah seorang tokoh
musik gambus di Jakarta, Munif Bahaswan, mengakui, dibanding musik
dangdut, musik gambus kurang diminati di luar etnis Betawi, Arab dan
India.
REBANA
Selain musik gambus, masih ada musik Betawi
yang dipengaruhi budaya Timur Tengah. Musik rebana misalnya, adalah
musik khas Betawi yang bernafaskan Islam. Macam musik rebana sendiri
demikian banyak, digolongkan sesuai alat musik maupun syair-syair yang
dibawakan oleh para pemain musiknya.
Jenis-jenis musik rebana,
misalnya rebana ketimpring, rebana ngarak, rebana dor juga rebana biang.
Biasanya, musik rebana (khususnya rebana biang) digunakan untuk
memeriahkan pesta maupun arak-arakan. Tokoh rebana adalah H. Abdul
Rahman.
ORKES SAMRAH
Orkes samrah adalah kesenian Betawi
dalam bentuk orkes yang mendapat pengaruh suku Melayu. Lagu-lagu yang
biasa dibawakan dalam ini adalah lagu-lagu jadul (jaman dulu), seperti
lagu Burung Putih, Pulo Angsa Dua, Sirih Kuning, juga lagu Cik Minah.
Orkes samrah juga biasa dipakai mengiringi lagu-lagu khas Betawi semacam
Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung dan lain-lain.
Sementara tarian yang biasa diiringi orkes samrah disebut Tari Samrah.
Biasanya, para penari samrah menari berpasang-pasangan, dengan gerakan
tari bermacam-macam, yang salah satunya dipengaruhi oleh gerakan silat.
Tak heran, dalam silat Betawi juga dikenal beragam gerak yang lemah
gemulai. Tokoh dalam bidang musik samrah adalah Ali Sabni.
TARI SILAT
Tari silat adalah tarian yang keseluruhan gerakannya diambil dari gerak
pencak silat. Tari ini diiringi oleh tetabuhan khusus yang disebut
gendang pencak, gambang kromong, gamelan topeng dan lain-lainnya. Di
kalangan masyarakat Betawi sendiri dikenal bermacam aliran silat, sebut
saja aliran Kwitang, aliran Tanah Abang maupun aliran Kemayoran.
Sementara gaya dalam tari silat yang paling terkenal disebut gaya seray,
gaya pecut, gaya rompas serta gaya bandul. Tari silat Betawi sendiri
menunjukkan aliran atau gaya yang diikuti oleh masing-masing penari.
Selain tari silat, Betawi juga memiliki banyak tari-tarian lain.
TARI TOPENG
Tari Topeng adalah visualisasi gerak, yang dibuat nenek moyang tanpa
melalui konsep. Ada pengaruh budaya Sunda, namun memiliki ciri khasnya
berupa selancar. Para penarinya menggunakan topeng yang mirip dengan
Topeng Banjet Karawang Jawa Barat, namun dalam topeng betawi memakai
bahasa Betawi.
Dalam topeng betawi sendiri ada tiga unsur: musik,
tari dan teater. Tarian dalam topeng betawi inilah yang disebut tari
topeng. Salah seorang tokoh seniman Betawi yang telah mengusung aneka
tari-tarian Betawi khususnya tari topeng hingga ke manca negara adalah
Entong Kisam. Dirinya sudah berkeliling ke 5 benua, serta 33 negara.
Negara yang paling sering ia lawati bersama grup tari topengnya adalah
Perancis, Cina dan Thailand.
TOPENG BETAWI
Budaya Sunda
ternyata juga mempengaruhi budaya Betawi. Salah satunya dalam kesenian
Topeng Betawi, yaitu teater rakyat Betawi yang sangat digemari oleh
masyarakat etnis Betawi sebab dapat digunakan untuk menyampaikan kritik
sosial. Salah satu lakon topeng Betawi yang terkenal berjudul Bapak
Jantuk.
Lakon ini mengandung banyak petuah seperti
nasehat-nasehat tentang kehidupan berumah tangga. Dalam teater ini
digunakan musik pengiring yang disebut gamelan topeng. Salah seorang
tokoh budaya Betawi dalam bidang Topeng Betawi, adalah Mpok Nori.
WAYANG BETAWI
Salah satu produk budaya Betawi hasil akulturasi dari budaya Jawa dan
Sunda adalah wayang. Namun demikian, pengaruh Sunda lebih tampak dalam
kesenian ini. Mungkin secara geografis memang lebih dekat. Misalnya
dalam hal penggunaan bahasa. Dalam wayang digunakan bahasa Betawi campur
Sunda.
Dalam dunia pewayangan Betawi dikenal dua jenis wayang:
Wayang Kulit (dalang terkenalnya H. Surya Bonang alias Ki Dalang
Bonang), serta Wayang Golek (dalang terkenalnya Tizar Purbaya). Umumnya,
wayang Betawi mengambil lakon tentang kehidupan kerajaan di dunia
pewayangan. Ada pula tokoh komedi Udel (persamaannya Cepot di dalam
Sunda).
Musik iringan dalam wayang Betawi sama halnya dengan
gamelan topeng, berupa musik gamelan Sunda campur Betawi, dengan ciri
khas alat musik tehyan (sebagai ciri khas Betawi) yang disebut gamelan
ajeng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar